Senin, 30 Juli 2018

Pentingnya Pendidikan Agama

Pentingnya Pendidikan Agama di Sekolah

indonesiana-Pendidikan_Agama1.jpg

Agama tanpa ilmu buta, sedangkan ilmu tanpa agama itu sesat.
Kalimat tersebut menggambarkan betapa pentingnya agama (pendidikan agama) bagi setiap individu. Tidak bisa dipungkiri jika pendidikan merupakan kunci sukses seseorang di masa depan. Pendidikan dapat dibagi menjadi pendidikan formal dan pendidikan informal. Pendidikan formal memang penting, dengan pendidikan formal yang baik, anak dapat memperoleh berbagai macam gelar sehingga dapat meningkatkan kualitasnya. Namun semua itu tidak akan sempurna tanpa didasari dengan pendidikan agama yang kuat sejak dini.
Membekali anak dengan pendidikan agama sejak dini dapat menjadikan seorang anak tetap kokoh pada pendiriannya dan tidak mudah goyah terhadap segala godaan perbuatan negatif. Dengan pengetahuan keagamaan yang dimiliki, anak dapat memilah-milah mana yang baik-buruk, benar-salah dalam bergaul dan bersosialisasi. Sekarang ini, banyak anak-anak terutama usia remaja yang belum memahami tentang ilmu pendidikan agama secara utuh sehingga banyak dari mereka kehilangan kontrol diri dalam lingkungan pergaulannya.

Media elektronik dan sosial dipenuhi berita kriminal dan kasus lainnya seperti seks bebas, penyalahgunaan narkoba yang dilakukan anak usia remaja sampai dewasa. Minimnya pendidikan agama menjadi salah satu penyebab mereka terjerat kasus tersebut, jika mereka paham tentang agama maka akan terhindar dari perbuatan yang negatif.
Baru-baru ini muncul wacana penghapusan pendidikan agama di dalam kelas oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy. Meskipun wacana ini masih simpang siur akan tetapi hal ini sangatlah sensitif sehingga tidak dapat dibenarkan sama sekali untuk mengutak-atik pendidikan agama di sekolah. Justru pendidikan agama itu seharusnya diperkuat dan kalau perlu ditambah.
Aturan dan payung hukum terkait pendidikan agama tertuang dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional khususnya Pasal 12 (1) butir a, "Setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya dan diajarkan oleh pendidik yang seagama."
Pengertian Satuan Pendidikan dalam UU ini sebagaimana tertulis dalam Ketentuan Umum adalah kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal, nonformal, dan informal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan. Jadi setiap siswa yang menempuh pendidikan baik itu di jalur formal, nonformal maupun informal itu berhak mendapatkan pendidikan agama, dan sekolah wajib memberikan pendidikan agama kepada siswa
Jika pendidikan agama di dalam kelas sampai dihapus, hal ini jelas bertentangan dengan Undang-Undang. Inisiatif menjadikan pendidikan agama sebagai salah satu kegiatan ekstrakurikuler seperti madrasah diniyah, pesantren kilat dan lainnya tidak menjadi masalah selama pendidikan agama di dalam kelas tidak dihilangkan. Pendidikan agama di dalam kelas harus dijadikan penguat bagi kegiatan ekstrakurikuler keagamaan sehingga nilai-nilai agama yang menjadi pondasi anak-anak semakin kokoh.
Selain itu, perlu diperhatikan juga peran orang tua sangat penting sekali dalam mengajarkan pemahaman tentang agama kepada anak-anaknya sejak dini. Orang tua adalah pendidik pertama bagi anak, dari orang tua-lah anak mempelajari hal-hal mendasar dalam hidupnya. Orang tua harus bisa menyeimbangkan antara pendidikan formal dengan pendidikan agama bagi anak. Tidak hanya di sekolahkan di sekolah favorit, namun anak juga harus diarahkan belajar agama di tempat yang berkualitas.

 

Pentingnya Pendidikan Agama Bagi Kehidupan

Agama sangatlah penting dalam kehidupan manusia. Demikian pentingnya agama dalam kehidupan manusia, sehingga diakui atau tidak sesungguhnya manusia sangatlah membutuhkan agama dan sangat dibutuhkanya agama oleh manusia. Tidak saja di massa premitif dulu sewaktu ilmu pengetahuan belum berkembang tetapi juga di zamanAgama sangatlah penting dalam kehidupan manusia. Demikian pentingnya agama dalam kehidupan manusia, sehingga diakui atau tidak sesungguhnya manusia sangatlah membutuhkan agama dan sangat dibutuhkanya agama oleh manusia. Tidak saja di massa premitif dulu sewaktu ilmu pengetahuan belum berkembang tetapi juga di zaman modern sekarang sewaktu ilmu dan teknologi telah demikian maju.

Berikut ini sebagian dari bukti-bukti mengapa agama itu sangat penting dalam kehidupan manusia.
a.    Agama merupakan sumber moral
Manusia sangatlah memerlukan akhlaq atau moral, karena moral sangatlah penting dalam kehidupan. Moral adalah mustika hidup yang membedakan manusia dari hewan. Manusia tanpa moral pada hakekatnya adalah binatang dan manusia yang membinatang ini sangatlah berbahaya, ia akan lebih jahat dan lebih buas dari pada binatang buas sendiri.

Tanpa moral kehidupan akan kacau balau, tidak saja kehidupan perseorangan tetapi juga kehidupan masyarakat dan negara, sebab soal baik buruk atau halal haram tidak lagi dipedulikan orang. Dan kalau halal haram tidak lagi dihiraukan. Ini namanya sudah maehiavellisme. Machiavellisme adalah doktrin machiavelli “tujuan menghalalkan cara kalau betul ini yang terjadi, biasa saja  kemudian bangsa dan negara hancur binasa.

Ahmad Syauqi, 1868 – 1932 seorang penyair Arab mengatakan “bahwa keberadaan suatu bangsa ditentukan oleh akhlak, jika akhlak telah lenyap, akan lenyap pulalah bangsa itu”.

Dalam kehidupan seringkali moral melebihi peranan ilmu, sebab ilmu adakalanya merugikan. “kemajuan ilmu dan teknologi mendorong manusia kepada kebiadapan”

Demikian dikatakan oleh Prof. Dr. Alexis Carrel seorang sarjana Amerika penerima hadiah nobel 1948 “moral dapat digali dan diperoleh dalam agama, karena agama adalah sumber moral paling teguh. Nabi Muhammad Saw di utus tidak lain juga untuk membawa misi moral, yaitu untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”

W.M. Dixo dalam “The Human Situation” menulis “ Agama betul atau salah dengan ajarannya percaya kepada Tuhan dan kehidupan akherat yang akan datang, adalah dalam keseluruhannya kalau tidak satu-satunya peling sedikit kita boleh percaya, merupakan dasar yang paling kecil bagi moral”.

Dari tulisan W.M. Dixon di atas ini dapat diketahui bahwa agama merupakan sumber dan dasar (paling kuat) bagi moral, karena agama menganjurkan kepercayaan kepada Tuhan dan kehidupan akherat. Pendapat Dixon ini memang betul. Kalau orang betul beriman bahwa Tuhan itu ada dan Tuhan yang ada itu maha mengetahui kepada tiap orang sesuai dengan amal yang dikerjakannya, maka keimanan seperti ini merupakan sumber yang tidak kering-keringnya bagi moral. Itulah sebabnya ditegaskan oleh Rasulullah Saw.  Yang artinya : ”Orang mukmin yang paling sempurna imanya ialah orang mukmin yang paling baik akhlaqnya” (Riwayat Tirmizi)

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pentingnya agama dalam kehidupan disebabkan oleh sangat diperlukannya moral oleh manusia, karena agama bersumber dari agama. Dan agama menjadi sumber moral, karena agama menganjurkan iman kepada Tuhan dan kehidupan akherat, dan selain itu karena adanya perintah dan larangan dalam agama.

b.    Agama merupakan petunjuk kebenaran
Salah satu hal yang ingin diketahui oleh manusia ialah apa yang bernama kebenaran. Masalah ini masalah besar, dan menjadi tanda tanya besar bagi manusia sejak zaman dahulu kala. Apa kebenaran itu, dan dimana dapat diperoleh manusia dengan akal, dengan ilmu dan dengan filsafatnya ingin mengetahui dan mencapainya dan yang menjadi tujuan ilmu dan filsafat tidak lain juga untuk mencari jawaban atas tanda tanya besar itu, yaitu masalah kebenaran.

Tetapi dapat disayangkan, sebagaimana telah disebutkan dalam uraian terdahulu, sebegitu jauh usaha ilmu dan filsafat untuk mencapai kemampuan ilmu dan filsafat hanyalah sampai kepada kebenaran relatif atau nisbi, padahal kebenaran relatif atau nisbi bukanlah kebenaran yang sesungguhnya. Kebenaran yang sesungguhnya ialah kebenaran mutlak dan universal, yaitu kebenaran yang sungguh-sungguh benar, absolut dan berlaku untuk semua orang.

Tampakya sampai kapanpun masalah kebenaran akan tetap merupakan misteri bagi manusia, kalau saja manusia hanya mengandalkan alat yang bernama akal, atau ilmu atau juga filsafat (Demoikritas, 2004 : 360-460)

Kebenaran itu dalam sekali letaknya tidak terjangkau semuanya oleh manusia. Penganut-penganut sufisme, yaitu aliran baru dalam filsafat Yunani yang timbul pada pertengahan abad ke-5 menegaskan pula”. Kebenaran yang sebenar-benarnya tidak tercapai oleh manusia.

Kemudian Bertrand Rossel seorang Failosuf Inggris termasyur juga berkata “apa yang tidak sanggup dikerjakan oleh ahli ilmu pengetahuan, ialah menentukan kebajikan (haq dan bathil). Segala sesuatu yang berkenaan dengan nilai-nilai adalah di luar bidang ilmu pengetahuan. Hal ini sesuai dengan firman Allah yang artinya “Sesungguhnya telah kami turunkan al-Kitab kepadamu dengan membawa kebenaran agar kamu memberi kepastian hukum di antara manusia dengan apa yang telah ditunjukkan oleh Allah kepadamu” (an-Nisa’, 105)

c.    Agama merupakan sumber informasi tentang masalah metafisika
Prof Arnoid Toynbee memperkuat pernyataan yang demikian ini. Menurut ahli sejarah Inggris kenamaan ini tabir rahasia alam semesta juga ingin di singkap oleh manusia. Dalam bukunya “An Historian’s Aproach to religion” dia menulis, “ Tidak ada satu jiwapun akan melalui hidup ini tanpa mendapat tantantangan-rangsangan untuk memikirkan rahasia alam semesta”.

Ibnu Kholdum dalam kitab Muqaddimah-nya menulis “akal ada sebuah timbangan yang tepat, yang catatannya pasti dan bisa dipercaya. Tetapi mempergunakan akal untuk menimbang hakekat dari soal-soal yang berkaitan dengan keesaan Tuhan, atau hidup sesudah mati, atau sifat-sifat Tuhan atau soal-soal lain yang luar lingkungan akal, adalah sebagai mencoba mempergunakan timbangan tukang emas untuk menimbang gunung, ini tidak berarti bahwa timbangannya itu sendiri yang kurang tepat. Soalnya ialah karena akal mempunyai batas-batas yang membatasinya.
Berhubungan dengan itu persoalan yang menyangkut metafisika masih gelap bagi manusia dan belum mendapat penyelesaian semua tanda tanya tentang itu tidak terjawab oleh akal.

d.    Agama memberikan bimbingan rohani bagi manusia, baik dikala suka maupun di kala duka
Hidup manusia di dunia yang pana ini kadang-kadang suka tapi kadang-kadang juga duka. Maklumlah dunia bukanlah surga, tetapi juga bukan neraka. Jika dunia itu surga, tentulah hanya kegembiraan yang ada, dan jika dunia itu neraka tentulah hanya penderitaan yang terjadi. Kenyataan yang menunjukan bahwa kehidupan dunia adalah rangkaian dari suka dan duka yang silih berganti.

Firman Allah Swt yang artinya : “Setiap jiwa pasti akan merasakan kematian, dan engkau kami coba dengan yang buruk dan dengan yang baik sebagai ujian” (al-Ambiya, 35).

Dalam masyarakat dapat dilihat seringkali orang salah mengambil sikap menghadapi cobaan suka dan duka ini. Misalnya dikala suka, orang mabuk kepayang da lupa daratan. Bermacam karunia Tuhan yang ada padanya tidak mengantarkan dia kepada kebaikan tetapi malah membuat manusia jahat. (Shaleh, 2005: 45)

Berdasarkan uraian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa sikap yang salah juga sering dilakukan orang sewaktu di rundung duka. Misalnya orang hanyut dalam himpitan kesedihan yang berkepanjangan. Dari sikap yang keliru seperti itu dapat timbul gangguan kejiwaan seperti lesu, murung, malas, kurang gairah hidup, putus asa dan merasa tidak berguna bagi orang lain. Pendidikan Agama Islam
modern sekarang sewaktu ilmu dan teknologi telah demikian maju.

Berikut ini sebagian dari bukti-bukti mengapa agama itu sangat penting dalam kehidupan manusia.
a.    Agama merupakan sumber moral
Manusia sangatlah memerlukan akhlaq atau moral, karena moral sangatlah penting dalam kehidupan. Moral adalah mustika hidup yang membedakan manusia dari hewan. Manusia tanpa moral pada hakekatnya adalah binatang dan manusia yang membinatang ini sangatlah berbahaya, ia akan lebih jahat dan lebih buas dari pada binatang buas sendiri.

Tanpa moral kehidupan akan kacau balau, tidak saja kehidupan perseorangan tetapi juga kehidupan masyarakat dan negara, sebab soal baik buruk atau halal haram tidak lagi dipedulikan orang. Dan kalau halal haram tidak lagi dihiraukan. Ini namanya sudah maehiavellisme. Machiavellisme adalah doktrin machiavelli “tujuan menghalalkan cara kalau betul ini yang terjadi, biasa saja  kemudian bangsa dan negara hancur binasa.

Ahmad Syauqi, 1868 – 1932 seorang penyair Arab mengatakan “bahwa keberadaan suatu bangsa ditentukan oleh akhlak, jika akhlak telah lenyap, akan lenyap pulalah bangsa itu”.

Dalam kehidupan seringkali moral melebihi peranan ilmu, sebab ilmu adakalanya merugikan. “kemajuan ilmu dan teknologi mendorong manusia kepada kebiadapan”

Demikian dikatakan oleh Prof. Dr. Alexis Carrel seorang sarjana Amerika penerima hadiah nobel 1948 “moral dapat digali dan diperoleh dalam agama, karena agama adalah sumber moral paling teguh. Nabi Muhammad Saw di utus tidak lain juga untuk membawa misi moral, yaitu untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”

W.M. Dixo dalam “The Human Situation” menulis “ Agama betul atau salah dengan ajarannya percaya kepada Tuhan dan kehidupan akherat yang akan datang, adalah dalam keseluruhannya kalau tidak satu-satunya peling sedikit kita boleh percaya, merupakan dasar yang paling kecil bagi moral”.

Dari tulisan W.M. Dixon di atas ini dapat diketahui bahwa agama merupakan sumber dan dasar (paling kuat) bagi moral, karena agama menganjurkan kepercayaan kepada Tuhan dan kehidupan akherat. Pendapat Dixon ini memang betul. Kalau orang betul beriman bahwa Tuhan itu ada dan Tuhan yang ada itu maha mengetahui kepada tiap orang sesuai dengan amal yang dikerjakannya, maka keimanan seperti ini merupakan sumber yang tidak kering-keringnya bagi moral. Itulah sebabnya ditegaskan oleh Rasulullah Saw.  Yang artinya : ”Orang mukmin yang paling sempurna imanya ialah orang mukmin yang paling baik akhlaqnya” (Riwayat Tirmizi)

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pentingnya agama dalam kehidupan disebabkan oleh sangat diperlukannya moral oleh manusia, karena agama bersumber dari agama. Dan agama menjadi sumber moral, karena agama menganjurkan iman kepada Tuhan dan kehidupan akherat, dan selain itu karena adanya perintah dan larangan dalam agama.

b.    Agama merupakan petunjuk kebenaran
Salah satu hal yang ingin diketahui oleh manusia ialah apa yang bernama kebenaran. Masalah ini masalah besar, dan menjadi tanda tanya besar bagi manusia sejak zaman dahulu kala. Apa kebenaran itu, dan dimana dapat diperoleh manusia dengan akal, dengan ilmu dan dengan filsafatnya ingin mengetahui dan mencapainya dan yang menjadi tujuan ilmu dan filsafat tidak lain juga untuk mencari jawaban atas tanda tanya besar itu, yaitu masalah kebenaran.

Tetapi dapat disayangkan, sebagaimana telah disebutkan dalam uraian terdahulu, sebegitu jauh usaha ilmu dan filsafat untuk mencapai kemampuan ilmu dan filsafat hanyalah sampai kepada kebenaran relatif atau nisbi, padahal kebenaran relatif atau nisbi bukanlah kebenaran yang sesungguhnya. Kebenaran yang sesungguhnya ialah kebenaran mutlak dan universal, yaitu kebenaran yang sungguh-sungguh benar, absolut dan berlaku untuk semua orang.

Tampakya sampai kapanpun masalah kebenaran akan tetap merupakan misteri bagi manusia, kalau saja manusia hanya mengandalkan alat yang bernama akal, atau ilmu atau juga filsafat (Demoikritas, 2004 : 360-460)

Kebenaran itu dalam sekali letaknya tidak terjangkau semuanya oleh manusia. Penganut-penganut sufisme, yaitu aliran baru dalam filsafat Yunani yang timbul pada pertengahan abad ke-5 menegaskan pula”. Kebenaran yang sebenar-benarnya tidak tercapai oleh manusia.

Kemudian Bertrand Rossel seorang Failosuf Inggris termasyur juga berkata “apa yang tidak sanggup dikerjakan oleh ahli ilmu pengetahuan, ialah menentukan kebajikan (haq dan bathil). Segala sesuatu yang berkenaan dengan nilai-nilai adalah di luar bidang ilmu pengetahuan. Hal ini sesuai dengan firman Allah yang artinya “Sesungguhnya telah kami turunkan al-Kitab kepadamu dengan membawa kebenaran agar kamu memberi kepastian hukum di antara manusia dengan apa yang telah ditunjukkan oleh Allah kepadamu” (an-Nisa’, 105)

c.    Agama merupakan sumber informasi tentang masalah metafisika
Prof Arnoid Toynbee memperkuat pernyataan yang demikian ini. Menurut ahli sejarah Inggris kenamaan ini tabir rahasia alam semesta juga ingin di singkap oleh manusia. Dalam bukunya “An Historian’s Aproach to religion” dia menulis, “ Tidak ada satu jiwapun akan melalui hidup ini tanpa mendapat tantantangan-rangsangan untuk memikirkan rahasia alam semesta”.

Ibnu Kholdum dalam kitab Muqaddimah-nya menulis “akal ada sebuah timbangan yang tepat, yang catatannya pasti dan bisa dipercaya. Tetapi mempergunakan akal untuk menimbang hakekat dari soal-soal yang berkaitan dengan keesaan Tuhan, atau hidup sesudah mati, atau sifat-sifat Tuhan atau soal-soal lain yang luar lingkungan akal, adalah sebagai mencoba mempergunakan timbangan tukang emas untuk menimbang gunung, ini tidak berarti bahwa timbangannya itu sendiri yang kurang tepat. Soalnya ialah karena akal mempunyai batas-batas yang membatasinya.
Berhubungan dengan itu persoalan yang menyangkut metafisika masih gelap bagi manusia dan belum mendapat penyelesaian semua tanda tanya tentang itu tidak terjawab oleh akal.

d.    Agama memberikan bimbingan rohani bagi manusia, baik dikala suka maupun di kala duka
Hidup manusia di dunia yang pana ini kadang-kadang suka tapi kadang-kadang juga duka. Maklumlah dunia bukanlah surga, tetapi juga bukan neraka. Jika dunia itu surga, tentulah hanya kegembiraan yang ada, dan jika dunia itu neraka tentulah hanya penderitaan yang terjadi. Kenyataan yang menunjukan bahwa kehidupan dunia adalah rangkaian dari suka dan duka yang silih berganti.

Firman Allah Swt yang artinya : “Setiap jiwa pasti akan merasakan kematian, dan engkau kami coba dengan yang buruk dan dengan yang baik sebagai ujian” (al-Ambiya, 35).

Dalam masyarakat dapat dilihat seringkali orang salah mengambil sikap menghadapi cobaan suka dan duka ini. Misalnya dikala suka, orang mabuk kepayang da lupa daratan. Bermacam karunia Tuhan yang ada padanya tidak mengantarkan dia kepada kebaikan tetapi malah membuat manusia jahat. (Shaleh, 2005: 45)

Berdasarkan uraian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa sikap yang salah juga sering dilakukan orang sewaktu di rundung duka. Misalnya orang hanyut dalam himpitan kesedihan yang berkepanjangan. Dari sikap yang keliru seperti itu dapat timbul gangguan kejiwaan seperti lesu, murung, malas, kurang gairah hidup, putus asa dan merasa tidak berguna bagi orang lain. Pendidikan Agama Islam

Masalah Pendidikan di Indonesia



Pendidikan bagi anak Indonesia sangatlah penting. Pendidikan tidak hanya diperoleh dari yang formal saja, tetapi diperoleh pertama kali dalam keluarga, lalu sekolah dan masyarakat sekitar. Dari dalam keluarga melalui peran orang tua, anak-anak mulai dididik sedemikian rupa. Mulai dari cara berjalan, berbicara dan tumbuh. Saat ini jika kita bicara tentang pendidikan formal atau sekolah sungguh miris melihat anak-anak indonesia yang berada diluar sana bekerja, mencari nafkah, dan ada yang menikah. Di umur mereka yang masih belia tersebut seharusnya berada dalam lingkungan yang mendidik mereka menjadi lebih baik. Mereka seharusnya juga merasakan masa kanak-kanak atau bermain bersama teman sebaya, namun pada kenyataannya tidaklah seperti itu. Dimana peran pemerintah dalam pendidikan anak Indonesia ini??, Apakah mereka tidak merasa iba terhadap anak-anak tersebut? Saat mereka tertawa mungkin saja anak-anak ini merinti, menangis. Saat mereka merasa kenyang mungkin saja anak-anak ini sedang kelaparan karena tidak mendapatkan uang. Coba liat kebawah wahai para pejabat tinggi. Jangan hanya bisa duduk saja diatas kursi yang empuk lalu bermain-main dalam suatu sidang, tidak beberbicara dan memberikan andil yang nyata bagi indonesia ini. Mana janji mu ketika kalian kampanye. Semua omong kosong. Mereka rakyat kecil yang tidak berkependidikan dibuat semakin bodoh dengan tingkah lakuh para pejabat saat mereka kampanye. Mengambil kesempatan dalam kebodohan masyarakat yang tidak mengerti, mengetahui dan paham tentang sistem pemerintahan. 

Pemerintah berteriak sekolah gratis untuk SD, SMP, dan SMA negeri, namun gratis itu hanya sementara. Sekarang sekolah berlomba-lomba untuk menjadi sekolah yang bertaraf internasional padahal belum memenuhi syarat. Dari sekolah yang telah menjadi internasional ini kepala sekolah, staff dan dewan guru mendapatkan sebuah kenuntungan yang besar. Bayaran makin mahal, buku, baju seragam, semua dijadikannya uang. Seharusnya mereka pun menyadari kondisi ekonomi orang lain yang kurang memadai. Dulu sekolah negeri yang berbobot untuk orang-orang yang pintar, kaya maupun miskin tetapi sekarang dijadikan mata pencaharian yang “nakal” sehingga yang dapat bersekolah di sekolah negeri hanya orang-orang yang mempunyai banyak uang saja. Kita melirik sebentar dengan sekolah swasta. Sekolah swasta biasa dipandang orang tua maupun sebagian anak-anak sebagai sekolah yang tidak baik, muridnya nakal dan tidak berbobot. Ternyata tidak semua sekolah swasta seperti itu, ada sekolah yang benar-benar dalam pengabdian terhadap Indonesia, mengajar dan mendidik, tulus ikhlas karena ingin mencerdaskan bangsa. Disini ditegaskan bukan nama sekolah atau lembaga yang salah, tetapi lebih tepatnya mengarahkan pada oknum-oknum baik sebagai guru, kepala sekolah maupun staff lainnya. Mereka yang terkadang tanpa disadari membuat generasi ini menjadi tambah bobrok. Mereka lupa dengan tujuan mereka apa. Mencari uang banyak bukan profesi yang tepat untuk seorang guru. 

Guru adalah sosok seseorang yang mempunyai jiwa pengabdian yang besar untuk generasi ke depan. Hal ini berhubungan dengan 4 kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang Guru menurut PP No. 74 tahun 2008 yang meliputi: kompetensi Pedagogik, kompetensi Kepribadian, kompetensi Profesional dan kompetensi Sosial. Selain itu, guru tidak hanya memiliki unsur pengabdian, namun mereka juga harus memiliki unsur idealisme dan pengembangan. Jadi, mutu pendidik yang ada di indonesia ini apakah telah memenuhi 4 kompetensi yang telah ditetapkan?. Menurut saya belum, hal ini di karenakan mereka para pengajar tidak berada pada posisi keterampilan atau meteri yang mereka kuasai. Padalah menurut kompetensi profesional, seorang pendidik harus menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu. Hal ini sudah jelas bahwa setiap guru itu mempunyai porsinya tersendiri dalam mengajar. Jika ia mengajar mata pelajaran Matematika, lalu ia mengajar meta pelajaran Mulok atau sebagainya. Hal ini yang membuat peserta didik kurang mencapai hasil yang baik. Dalam sistem pengajarannya pun pendidik tidak dapat mengomunikasikan bahan pengajaran dengan baik. Padahal dalam kompetensi sosial pendidik pun harus berkomunikasi dengan baik. 

Jadi menurut saya dari semua yang saya jabarkan diatas maka sebaiknya pemerintah lebih tegas lagi bertindak dalam mengatasi masalah pendidikan yang ada di Indonesia ini agar anak-anak yang terlahir dalam ekonomi yang rendah pun dapat mengeyam pendidikan selayak anak-anak yang lain. Toh, pendidikan meupakan salah satu Hak yang semua orang wajib mendapatkannya. Pemerintah khususnya yang berada pada departemen pendidikan dapat membuat tim khusus pendataan yang bisa pula dibantu dengan orang diknas di masing-masing kota, untuk melakukan survei langsung bagaimana sistem pendidikan di setiap sekolah itu dijalankan. Berkaitan dengan hal tersebut pemerintah juga harus bertindak tegas pula dengan para pendidik. Lakukan seleksi secara benar pada saat mengikuti serifikasi. Jangan biarkan ada suap-menyuap lagi, lakukanlah dengan hal yang bersifat jujur. Karena guru yang jujur akan mengahasilkan para generasi bangsa yang jujur juga, yang kemudian akan menjadi pemimpin yang jujur pula. Kemudian sebagai orang tua kita dapat membantu dalam penyelesian guru yang layak dan tidak. Bagaimana caranya? Ini dapat dilakukan dengan kita mematau baik secara langsung maupun tidak proses belajar anak. Kita dapat menanyakan kepada anak kita bagaimana hari ini di sekolah. Tanyakan hal-hal yang berhubungan dengan sekolah baik cara mengajar guru tersebut maupun sikap dan tingkah laku guru tersebut. Selain itu, berdasarkan apa yang saya baca usaha yang dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan yaitu:
1. Meningkatkan Anggaran Pendidikan
Pemerintah bertanggung jawab untuk menanggung biaya pendidikan bagi warganya, baik untuk sekolah negeri maupun sekolah swasta.
2. Manajemen pengelolaan pendidikan
Manajemen pendidikan yang baik harus memperhatikan profesionalisme dan kreativitas lembaga penyelenggara pendidikan
3. Bebaskan sekolah dari suasana bisnis
Sekolah bukan merupakan ladang bisnis bagi pejabat Dinas Pendidikan, kepala sekolah, guru maupun perusahaan swasta. Tetapi sekolah merupakan tempat untuk mencerdaskan bangsa.
4. Perbaikan kurikulum
Penyusunan kurikulum hendaknya mempertimbangkan segala potensi alam, sumber daya manusia maupun sarana dan prasarana yang ada. Pendidikan demokratis harus membekali warga negara dengan dasar yang teguh dalam sosio-ekonomis, mendorong tanggung jawab dan tindakan yang berani di segala bidang, memerangi penyalahgunaan propaganda
5. Pendidikan Agama
Pendidikan agama di sekolah bukan sebagai penyampaian dogma atau pengetahuan salah satu agama tertentu pada siswa tetapi sebagai penginternasionalisasian nilai-nilai kebaikan, kerendahan hati , cinta kasih dan sebagainya.
6. Pendidikan yang melatih kesadaran kritis
Sikap yang kritis dan toleran, akan merangsang tumbuhnya kepekaan sosial dan rasa keadilan. Oleh karena itu diharapkan bisa mengatasi kemelut sosial, budaya, politik dan ekonomi bangsa ini.
7. Pemberdayaan Guru
Guru hendaknya lebih kreatif, inovatif, terampil, berani berinisiatif serta memiliki sikap politik yang jelas. Selain itu, pemerintah diharapkan memberdayakan guru dengan program-program latihan sehingga mereka mampu mengembangkan model-model pengajaran secara variatif.
8. Memperbaiki kesejahteraan Guru
Guru merupakan faktor dominan dalam penyelenggaraan pendidikan.Oleh karena itu upaya perbaikan kesejahteraan guru perlu ditingkatkan. Sehingga guru tidak hanya dituntut untuk meningkatkan wawasan maupun mutu mengajarnya serta meghasilkan output yang baik.



“Mendidik adalah tanggung jawab setiap orang terdidik. Berarti juga, anak-anak yang tidak terdidik di Republik ini adalah "dosa" setiap orang terdidik yang dimiliki di Republik ini. Anak-anak nusantara tidak berbeda. Mereka semua berpotensi. Mereka hanya dibedakan oleh keadaan.” (Anis Baswedan, 2011). Kutipan tersebut mengisyaratkan betapa pentingnya pendidikan bagi suatu bangsa. Jika boleh dianalogikan, pendidikan merupakan jantung dari suatu bangsa. Apalah arti tangan dan kaki pada tubuh yang tak berjantung kalau bukan hanya segumpal daging yang tak bernyawa. Dengan tangan, suatu bangsa dapat bekerja. Begitu pula dengan kaki, suatu bangsa akan dapat melangkah. Dari analogi tersebut menunjukkan betapa pentingnya peran pendidikan bagi suatu bangsa.  Tanpanya suatu bangsa tak pernah mengenal ekonomi, tanpanya suatu bangsa tak pernah mengenal sains, dan tanpanya bisa jadi suatu bangsa tak akan pernah mengenal dirinya sendiri. Jelas sudah bahwa pendidikan adalah harga mati yang tidak bisa ditawar.
Puluhan bahkan ratusan masalah sangatlah kompleks di negeri ini. Dari sekian banyak aspek permasalahan bangsa seperti agama, ekonomi, sosial, teknologi, komunikasi, dan informasi dibutuhkan pemecahannya yang dapat menjadikan warga negara di dalamnya turut berperan aktif sebagai subjek. Tentunya tingkat pendidikan yang tinggi dan baik pada setiap warga negaralah yang akan menjadi pondasi dasar dari pemecahan  permasalahan-permasalahan tersebut. Dari pendidikan yang baiklah akan tercipta ide-ide cemerlang bangsa, dari pendidikan yang baiklah akan tercetus kebijakan-kebijakan publik yang brilian, dan dari pendidikanlah semua jalan keluar permasalahan bangsa bermuara.
Untuk meningkatkan mutu kualitas penduduk Indonesia, pemerintah kini telah merintis wajib belajar 12 tahun dari yang semula hanya 9 tahun. Ini berarti setiap warga negara Indonesia memiliki kewajiban sekaligus hak untuk mengenyam pendidikan hingga sekolah menengah atas (SMA). Tentunya hal tersebut menjadi angin segar bagi para penerus bangsa. Mereka kini difasilitasi lebih oleh pemerintah. Bahkan beberapa daerah di tanah air telah menggratiskan biaya akademiknya secara penuh. Lantas, mengapa program yang telah dibangun pemerintah selama ini kurang mampu menunjukkan hasil yang signifikan di masyarakat secara luas ?
Menilik lebih jauh program pendidikan yang ditawarkan oleh pemerintah, pada implementasinya pemerintah kurang memeratakan peningkatan kualitas pendidikan secara nasional. Banyak daerah di bumi pertiwi, terutama daerah pinggiran, kurang mendapatkan perhatian dari pemerintah masalah pendidikan. Alhasil, banyak sekolah di daerah pinggiran yang belum dapat terstandarisasi secara nasional. Sedangkan di daerah lain yang lebih baik, berdiri sekolah-sekolah dengan fasilitas bintang lima, baik sekolah pemerintah maupun swasta. Hal ini menunjukkan diskriminasi dalam pendidikan di negeri ini. Hanya mereka yang beruntunglah yang dapat menikmati belajar santai tanpa harus menyebrangi sungai, hanya mereka yang beruntunglah yang dapat menikmati belajar di bawah AC tanpa harus panas-panas atau kehujanan. Salah satu contoh kurang meratanya pendidikan di Indonesia dapat kita lihat dimana pendidikan di pusat kota berlangsung dengan pendidikan di pesisir pantai. Walapun dalam kota yang sama sekalipun, tidak menjamin kualitas dan fasilitas dari kedua lembaga pendidikan tersebut sama (baca : berbeda secara signifikan). Banyak sekolah di daerah pinggiran yang tidak memiliki ruang penunjang pembelajaran seperti ruang bahasa dan laboratorium, bahkan tidak jarang dari murid mereka harus rela belajar dalam kelas yang tidak layak. Pengawasan pemerintah yang kurang dalam menstandarkan dan memeratakan pendidikan menjadi faktor penting dalam dunia pendidikan Indonesia. Hal ini mengindikasikan adanya ketidakadilan dalam implementasi sistem pendidikan di Indonesia selama ini. Bukankah sudah sangat jelas tertera pada pancasila sila kelima bahwa keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia ?
Baru-baru ini diindikasikan pula banyak campur tangan pihak oportunis dalam pengelolahan pendidikan di Indonesia. Mereka hanya memperdayakan pendidikan sebagai ladang finansial yang dapat mereka keruk setiap saat, bukan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa yang notabene menjadi tujuan utama adanya pendidikan di tanah air. Embel-embel menggiurkan yang mereka gencarkan setiap tahun ajaran yang banyak menyedot perhatian masyarakat Indonesia, mulai dari sekolah umum hingga pondok pesantren yang baru-baru ini diberitakan. Sekolah keagamaanpun (baca : pondok pesantren) tidak jarang menjadi objek intervensi dari pihak-pihak oportunis tersebut. Mereka sengaja memungut biaya pendidikan yang tinggi dengan embel-embel tingkat kualitas pendidikan yang baik dan output yang berkualitas (katanya?).
Keterlibatan pihak oportunis mengelolah pendidikan seperti ini menyebabkan dunia pendidikan di Indonesia kini menjadi “industri” yang renyah. Hasil finansial yang berlimpah membuat semakin banyak praktek penyelewengan pendidikan semacam ini. Semakin menjamurnya sekolah-sekolah dengan biaya selangit dan beraneka ragam tersebut menyebabkan sulitnya pemerintah untuk mengontrol mereka satu persatu. Hal tersebut berdampak pada rakyat yang semakin menderita dan tercekik karena biaya. Di sisi lain, jalan keluar dari jurang kemiskinan adalah menempuh pendidikan setinggi mungkin, bagaimana kita dapat melakukannya jika untuk mengenyam pendidikan yang tinggi kita harus berpikir dua kali ?
Banyaknya sekolah yang didirikan oleh pihak-pihak oportunis juga mengakibatkan masyarakat menjadi buta dalam memilihkan sekolah yang terbaik untuk putra putrinya sehingga hanya termakan “iklan” semata. Bayangkan jika sekolah di daerah pinggiran merupakan sekolah yang terbelakang, sedangkan sekolah berbintang lima yang gencar didirikan pihak oportunis pun tidak dapat menjamin bahwa anak didiknya mendapat pembelajaran intelektual maupun moral secara baik. Lantas, mau dibawa kemana putra putri Indonesia kedepannya ?
Baru-baru ini, permasalahan pendidikan di Indonesia diperparah dengan munculnya pencemaran dan ancaman yang justru berasal dari doktrin-doktrin pihak sekolah, yaitu berupa “target”. Sekolah Indonesia kini memiliki kecenderungan untuk membuat siswanya “menang” daripada harus menciptakan generasi-generasi emas. Persaingan “industri” pendidikanlah yang menjadikan hal tersebut kian mendarah daging di kalangan pendidik. Hal tersebut memicu degradasi moral dari tahun ke tahun oleh para akademisi. Sebagai contoh, kini semakin banyak siswa yang memiliki nilai tinggi dalam ujian nasional namun berasal dari kecurangan. Bukankah sudah menjadi rahasia umum bahwa ujian nasional di negeri ini selalu bocor setiap tahunnya ? Bukankah sudah menjadi rahasia umum bahwa siswa lebih dididik untuk mendapatkan “angka” tertinggi dalam setiap ujian nasional tanpa mengerti esensi dari “angka-angka” tersebut ? Bahkan terkadang miris jika ada pihak sekolah yang sampai menghalalkan segala cara guna mendapatkan hal tersebut.
Ditinjau dari kompleksnya masalah dan kesemerawutan dunia pendidikan di Indonesia selama ini, pemerintah haruslah tegas dalam menanggapi permasalahan-permasalahan tersebut mengingat pendidikan merupakan sektor utama suatu negara untuk berkembang. Beberapa upaya telah dilakukan pemerintah untuk memperbaiki kesemerawutan pendidikan baru-baru ini seperti menambah jumlah paket soal dalam ujian nasional yang selalu diadakan setiap tahun dengan tujuan meminimalisasi adanya kecurangan yang dilakukan oleh pihak akademisi maupun pendidik. Begitu pula upaya-upaya pemerintah dalam menekan eksklusivitas lembaga pendidikan pun mulai digarap. Salah satu kebijakan pemerintah berkaitan dengan hal tersebut yaitu menghapuskan titel sekolah berstandar internasional (baca : SBI-RSBI). Alasan utama dihapuskannya titel sekolah seperti ini dikarenakan adanya indikasi diskriminasi dan ketidakadilan dalam dunia pendidikan antara SBI-RSBI dengan sekolah reguler pada umumnya seperti yang telah dijelaskan diatas. Selain itu, perbedaan uang sekolah yang lebih mahal oleh SBI-RSBI dengan mengatasnamakan titel tersebut dinilai kurang pantas, melihat kualitas pendidik dan sistem pengajaran yang tidak berbeda jauh dengan sekolah reguler lainnya. Ini merupakan upaya pemerintah dalam mencegah eksploitasi pendidikan ke arah komersil dan menegakan keadilan dan pemerataan pendidikan di Indonesia.
Meskipun demikian pemerintah sendiri terbilang lamban dalam melakukan pemerataan pendidikan di Indonesia utamanya pada daerah-daerah tertinggal dan rakyat miskin. Banyak daerah kependudukan di Indonesia yang masih saja memiliki sekolah seadanya tanpa ada perhatian khusus dari pemerintah. Memang bukan hal yang mudah untuk memeratakan kualitas pendidikan dengan teritori sebesar negeri ini, tetapi perlu diketahui bahwa di perkotaan sekalipun masih banyak gedung sekolah yang tidak layak dan terbatas, terutama di pinggir kota. Begitu pula masalah pendidikan untuk rakyat miskin, masih banyak generasi muda yang putus sekolah. Adapun beberapa dari mereka yang putus sekolah terkadang ditampung dalam sekolah rakyat dengan fasilitas dan pengajaran seadanya. Sedangkan sekolah rakyat sendiri terkadang justru didirikan oleh pihak-pihak dermawan yang masih peka akan kebutuhan negeri ini seperti golongan aktivis dan mahasiswa. Padahal telah ditekankan dalam pasal 31 ayat 2 Undang Undang Dasar 1945 bahwa setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya.
Jika ditinjau dari kebijakan-kebijakan yang telah dikeluarkan oleh pemerintah terkait pendidikan baru-baru ini, hal tersebut sebenarnya cukup menjawab permasalahan di ranah pendidikan selama ini, kini tinggal menunggu bagaimana peran pemerintah dalam mengeksekusi kebijakan yang berlaku karena sejauh ini pemerintah “cenderung” hanya sebagai badan legislatif dalam melakukan terobosan-terobosan pendidikan. Jika hal ini terjadi, tidak menutup kemungkinan akan kembalinya pihak oportunis dalam menguasai dunia pendidikan di Indonesia serta masalah pemerataan hak terkait pendidikan akan selalu menghantui negeri ini. Perlu adanya monitoring secara intensif dan sikap hukum yang tegas pada dunia pendidikan di Indonesia. Jika diperlukan bahkan pemerintah dapat melakukan “blusukan” guna mengoptimalkan kebijakan-kebijakan yang dibuatnya sehingga pendidikan di Indonesia benar-benar terjaga kualitasnya, terlindungi dari intervensi pihak oportunis, dan meratanya pendidikan di Indonesia.
Memang perlu ada perhatian lebih untuk memeratakan pendidikan di Indonesia dan melindunginya dari pihak-pihak tak berwenang karena setiap warga negara berhak memperoleh hak yang sama. Pemerintah sebagai motor penggerak pendidikan haruslah memiliki kepekaan yang tinggi terhadap masyarakat dan lingkungan pendidikan terkini. Perbaikan sistem pendidikan yang berkelanjutan dan dinamis pun menjadi tugas utama negeri ini. Bagaimana kita dapat merubah negeri ini jika generasi penerusnya gagal dan bodoh. Dari generasi yang cerdas akan tercipta negari yang maju. Pendidikan ibarat pohon investasi suatu negara, jika memang hanya berani mengorbankan hal yang kecil tentu hasil yang diperoleh pun akan kecil dan minim. Berbeda jika usaha dan pengorbanan yang dikeluarkan begitu besar, maka akan menghasilkan output yang besar serta maksimal.
Negeri ini milik bersama, tanahnya milik bersama, dan jiwanya pun milik semua. Dukungan dari semua warga negara adalah jawaban dari kemelut pendidikan Indonesia selama ini disamping kinerja pemerintah untuk menanganinya. Mustahil pemerintah dapat menjalankan tugasnya seorang diri tanpa ada dukungan dari rakyatnya. Mustahil pemerintah dapat melakukan suatu perubahan besar dalam dunia pendidikan tanpa campur tangan pikiran dan perasaan rakyatnya. Oleh sebab itu, perlu adanya sinergi dari semua kalangan di Indonesia, dari pemerintah dan rakyat, untuk melakukan manuver reformasi pendidikan ke arah lebih baik. Dahulu, Ki Hajar Dewantara telah menyetuskan dan membangun pondasi pendidikan di negeri tercinta ini. Kini, tiba saatnya kita semua untuk turut berperan menjaga dan mengawasi pendidikan serta menjadikannya jantung yang sehat sehingga kedepannya negeri ini dapat terus bergerak, berkembang, dan melangkah.

Pendidikan Anak Usia Dini

Pendidikan Anak Usia Dini

Pendidikan adalah merupakan aset penting bagi kemajuan sebuah bangsa, oleh karena itu setiap warga Negara harus dan wajib mengikuti jenjang pendidikan, baik jenjang pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah maupun tinggi. Dalam bidang pendidikan seorang anak dari lahir memerlukan pelayanan yang tepat dalam pemenuhan kebutuhan pendidikan disertai dengan Pemahaman mengenai karakteristik anak sesuai pertumbuhan dan perkembangannya akan sangat membantu dalam menyesuaikan proses belajar bagi anak dengan usia, kebutuhan, dan kondisi masing-masing, baik secara intelektual, emosional dan sosial.
Sebelum bicara lebih jauh, apa sih pendidikan anak usia dini? Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagianak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal.

Mengapa pendidikan anak usia dini itu sangat penting?

Berdasarkan hasil penelitian sekitar 50% kapabilitaas kecerdasan orang dewasa telah terjadi ketika anak berumur 4 tahun,8 0% telah terjadi perkembangan yang pesat tentang jaringan otak ketika anak berumur 8 tahun dan mencapai puncaknya ketika anak berumur 18 tahun, dan setelah itu walaupun dilakukan perbaikan nutrisi tidak akan berpengaruh terhadap perkembangan kognitif.
Hal ini berarti bahwa perkembangan yang terjadi dalam kurun waktu 4 tahun pertama sama besarnya dengan perkembangan yang terjadi pada kurun waktu 14 tahun berikutnya. Sehingga periode ini merupakan periode kritis bagi anak, dimana perkembangan yang diperoleh pada periode ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan periode berikutnya hingga masa dewasa. Sementara masa emas ini hanya datang sekali, sehingga apabila terlewatkan berarti habislah peluangnya.
Menurut Byrnes, pendidikan anak usia dini akan memberikan persiapan anak menghadapi masa-masa ke depannya, yang paling dekat adalah menghadapi masa sekolah. “Saat ini, beberapa taman kanak-kanak sudah meminta anak murid yang mau mendaftar di sana sudah bisa membaca dan berhitung. Di masa TK pun sudah mulai diajarkan kemampuan bersosialisasi dan problem solving. Karena kemampuan-kemampuan itu sudah bisa dibentuk sejak usia dini,” jelas Byrnes.
Selanjutnya menurut Byrnes, bahwa pendidikan anak usia dini itu penting, karena di usia inilah anak membentuk pendidikan yang paling bagus. Di usia inilah anak-anak harus membentuk kesiapan dirinya menghadapi masa sekolah dan masa depan. Investasi terbaik yang bisa Anda berikan untuk anak-anak adalah persiapan pendidikan mereka di usia dini.

Ada dua tujuan mengapa perlu diselenggarakan pendidikan anak usia dini, yaitu:

Tujuan utama: untuk membentuk anak yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya sehingga memiliki kesiapan yang optimal di dalam memasuki pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan di masa dewasa.
Tujuan penyerta: untuk membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar (akademik) di sekolah.
Singkatnya, pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.
Apa perbedaan anak yang mendapatkan pendidikan anak usia dini di lembaga yang berkualitas dengan anak yang tidak mendapatkan pendidikan anak usia dini?
Menurut Byrnes (Peraih gelar Woman of the Year dari Vitasoy di Australia) di lembaga pendidikan anak usia dini yang bagus, anak-anak akan belajar menjadi pribadi yang mandiri, kuat bersosialisasi, percaya diri, punya rasa ingin tahu yang besar, bisa mengambil ide, mengembangkan ide, pergi ke sekolah lain dan siap belajar, cepat beradaptasi, dan semangat untuk belajar.
Sementara, anak yang tidak mendapat pendidikan usia dini, akan lamban menerima sesuatu. Anak yang tidak mendapat pendidikan usia dini yang tepat, akan seperti mobil yang tidak bensinnya tiris. Anak-anak yang berpendidikan usia dini tepat memiliki bensin penuh, mesinnya akan langsung jalan begitu ia ada di tempat baru. Sementara anak yang tidak berpendidikan usia dini akan kesulitan memulai mesinnya, jadinya lamban.
Tidak bisa dipungkiri bahwa pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang sangat mendasar dan strategis dalam pembangunan sumber daya manusia. Begitu pentingnya pendidikan ini tidak mengherankan apabila banyak negara menaruh perhatian yang sangat besar terhadap penyelenggaraan pendidikan ini hingga pemerintah Indonesia pun memberikan layanan pendidikan gratis hingga tingkat SMP.

Minggu, 29 Juli 2018

Pendidikan Karakter

Pengertian Pendidikan Karakter

Penguatan pendidikan moral (moral education) atau pendidikan karakter (character education)  dalam konteks sekarang sangat relevan untuk mengatasi krisis moral yang sedang melanda di negara kita. Krisis tersebut antara lain berupa meningkatnya pergaulan bebas, maraknya angka kekerasan anak-anak dan remaja, kejahatan terhadap teman, pencurian remaja, kebiasaan menyontek, penyalahgunaan obat-obatan, p0rn0grafi, dan perusakan milik orang lain sudah menjadi masalah sosial yang hingga saat ini belum dapat diatasi secara tuntas, oleh karena itu betapa pentingnya pendidikan karakter.
Menurut Lickona, karakter berkaitan dengan konsep moral (moral knonwing), sikap moral (moral felling), dan perilaku moral (moral behavior). Berdasarkan ketiga komponen ini dapat dinyatakanbahwa karakter yang baikdidukung oleh pengetahuan tentang kebaikan, keinginan untuk berbuat baik, dan melakukan perbuatan kebaikan. Bagan dibawah ini merupakan bagan kterkaitan ketiga kerangka pikir ini.
 Pengertian Pendidikan Karakter Menurut Ahli
Gambar: Keterkaitan antara komponen moral dalam rangka pembentukan 
Karakter yang baik menurut Lickona

Pengertian Pendidikan Karakter Menurut Ahli

1.  Pendidikan Karakter Menurut Lickona
Secara sederhana, pendidikan karakter dapat didefinisikan sebagai segala usaha yang dapat dilakukan untuk mempengaruhi karakter siswa. Tetapi untuk mengetahui pengertian yang tepat, dapat dikemukakan di sini definisi pendidikan karakter yang disampaikan oleh Thomas Lickona. Lickona menyatakan bahwa pengertian pendidikan karakter adalah suatu usaha yang disengaja untuk membantu seseorang sehingga ia dapat memahami, memperhatikan, dan melakukan nilai-nilai etika yang inti.
2.  Pendidikan Karakter Menurut Suyanto
Suyanto (2009) mendefinisikan karakter sebagai cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, maupun  negara.
3.  Pendidikan Karakter Menurut Kertajaya
Karakter adalah ciri khas yang dimiliki oleh suatu benda atau individu. Ciri khas tersebut adalah asli dan mengakar pada kepribadian benda atau individu tersebut, serta merupakan “mesin” yang mendorong bagaimana seorang bertindak, bersikap, berucap, dan merespon sesuatu (Kertajaya, 2010).


Menurut  kamus psikologi, karakter adalah kepribadian ditinjau dari titik tolak etis atau moral, misalnya kejujuran seseorang, dan biasanya berkaitan dengan sifat-sifat yang relatif tetap (Dali Gulo, 1982: p.29).

Nilai-nilai dalam pendidikan karakter

Ada 18 butir nilai-nilai pendidikan karakter yaitu , Religius, Jujur, Toleransi, Disiplin, Kerja Keras, Kreatif, Mandiri, Demokratis, Rasa Ingin Tahu, Semangat Kebangsaan, Cinta tanah air, Menghargai prestasi, Bersahabat/komunikatif,Cinta Damai, Gemar membaca, Peduli lingkungan, Peduli social, Tanggung jawab.
Lebih jelas tentang nilai-nilai pendidikan karakter dapat di lihat pada bagan dibawah ini
nilai-nilai pendidikan karakter
18 Nilai Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter telah menjadi perhatian berbagai negara dalam rangka mempersiapkan generasi yang berkualitas, bukan hanya untuk kepentingan individu warga negara, tetapi juga untuk warga masyarakat secara keseluruhan. Pendidikan karakter dapat diartikan sebagai the deliberate us of all dimensions of school life to foster optimal character development (usaha kita secara sengaja dari seluruh dimensi kehidupan sekolah/madrasah untuk membantu pembentukan karakter secara optimal.

Kelebihan dan Kekurangan Kurikulum 2013




Pendidikan menjadi hal yang sangat fundamental bagi kehidupan seseorang, dengan pendidikan yang baik maka akan baik pula pola pikir dan sikap seseorang. Pendidikan yang baik terbentuk dari pola dan sistem pendidikan yang baik pula. Pola dan sistem pendidikan yang baik terwujud dengan kurikulum yang baik.
Kurikulum yang baru yaitu kurikulum 2013 sudah diterapkan di beberapa sekolah di Indonesia, dalam penerapannya tentu ada kelebihan dan kekurangannya. Saya menulis ulang beberapa poin tentang kelebihan dan kekurangan kurikulum 2013 dari buku yang ditulis oleh Imas Kurniasih dan Berlin Sani berjudul Implemetasi Kurikulum 2013 Konsep dan Penerapan. Semoga yang saya tulis ulang ini bermanfaat bagi para pendidik terutama dalam hal kurikulum sebagai bidang studi yang tujuannya adalah mengembangkan ilmu tentang kurikulum dan sistem kurikulum, yang mesti difahami juga oleh para pendidik.
Kelebihan dan Kekurangan Kurikulum 2013
Menurut beberapa ahli pendidikan, perubahan kurikulum dari masa ke masa, baik di Indonesia maupun di negara lain, disebabkan karena kebutuhan masyarakat yang setiap tahunnya selalu berkembang dan tuntutan zaman yang selalu berubah tanpa bisa dicegah.
Perkembangan kurikulum diharapkan dapat menjadi penentu masa depan anak bangsa, oleh karena itu, kurikulum yang baik akan sangat diharapkan dapat dilaksanakan di Indonesia sehingga akan menghasilkan masa depan anak bangsa yang cerah yang berimplikasi pada kemajuan bangsa dan negara.
Kurikulum yang terbaru yaitu kurikulum 2013 yang mulai dilaksanakan pada tahun ajaran 2013-2014 pada sekolah yang ditunjuk pemerintah maupun sekolah yang siap melaksanakannya. Meskipun masih premature, namun ada beberapa hal yang dirasakan oleh banyak kalangan terutama yang langsung berhadapan dengan kurikulum itu sendiri.
Terdapat beberapah hal penting dari perubahan atau penyempurnaan kurikulum tersebut yaitu keunggulan dan kekurangan yang terdapat disana-sini.
Keunggulan kurikulum 2013
  1. Siswa lebih dituntut untuk aktif, kreatif dan inovatif dalam setiap pemecahan masalah yang mereka hadapi di sekolah.
  2. Adanya penilaian dari semua aspek. Penentuan nilai bagi siswa bukan hanya didapat dari nilai ujian saja tetapi juga didapat dari nilai kesopanan, religi, praktek, sikap dan lain-lain.
  3. Munculnya pendidikan karakter dan pendidikan budi pekerti yang telah diintegrasikan ke dalam semua program studi.
  4. Adanya kompetensi yang sesuai dengan tuntutan fungsi dan tujuan pendidikan nasional.
  5. Kompetensi yang dimaksud menggambarkan secara holistic domain sikap, ketrampilan, dan pengetahuan.
  6. Banyak kompetensi yang dibutuhkan sesuai perkembangan seperti pendidikan karakter, metodologi pembelajaran aktif, keseimbangan soft skills dan hard skills, kewirausahaan.
  7. Hal yang paling menarik dari kurikulum 2013 ini adalah sangat tanggap terhadap fenomena dan perubahan sosial. Hal ini mulai dari perubahan sosial yang terjadi pada tingkat lokal, nasional, maupun global.
  8. Standar penilaian mengarahkan kepada penilaian berbasis kompetensi seperti sikap, ketrampilan dan pengetahuan secara proporsional.
  9. Mengharuskan adanya remediasi secara berkala.
  10. Sifat pembelajaran sangat kontekstual.
  11. Meningkatkan motivasi mengajar dengan meningkatkan kompetensi profesi, pedagogi, sosial dan personal.
  12. Ada rambu-rambu yang jelas bagi guru dalam melaksanakan proses pembelajaran (buku induk)
  13. Guru berperan sebagai fasilitator
  14. Diharapkan kreatifitas guru akan semakin meningkat
  15. Efisiensi dalam manajemen sekolah contohnya dalam pengadaan buku, dimana buku sudah disiapkan dari pusat
  16. Sekolah dapat memperoleh pendampingan dari pusat dan memperoleh koordinasi dan supervise dari daerah
  17. Pembelajaran berpusat pada siswa dan kontekstual dengan metode pembelajaran yang lebih bervariasi
  18. Penilaian meliputi aspek kognitif, afektif, psikomotorik sesuai proporsi
  19. Ekstrakurikuler wajib Pramuka meningkatkan karakter siswa terutama dalam kedisiplinan, kerjasama, saling menghargai, cinta tanah air dan lain-lain.

Sabtu, 23 Mei 2015

SISTEM OPERASI

Pengertian Sistem operasi Komputer adalah perangkat lunak komputer atau software yang bertugas untuk melakukan kontrol dan manajemen perangkat keras dan juga operasi-operasi dasar sistem, termasuk menjalankan software aplikasi seperti program-program pengolah data yang bisa digunakan untuk mempermudah kegiatan manusia. Sistem Operasi dalam bahasa Inggrisnya disebut Operating System, atau biasa di singkat dengan OS.
Sistem Operasi komputer merupakan software pada lapisan pertama yang diletakkan pada memori komputer, (memori komputer dalam hal ini ada Hardisk, bukan memory ram) pada saat komputer dinyalakan. Sedangkan software-software lainnya dijalankan setelah Sistem Operasi Komputer berjalan, dan Sistem Operasi akan melakukan layanan inti umum untuk software-software itu. Layanan inti umum tersebut seperti akses ke disk, manajemen memori, skeduling task, dan antar-muka user. Sehingga masing-masing software tidak perlu lagi melakukan tugas-tugas inti umum tersebut, karena dapat dilayani dan dilakukan oleh Sistem Operasi. Bagian kode yang melakukan tugas-tugas inti dan umum tersebut dinamakan dengan kernel suatu Sistem Operasi.
Sistem Operasi berfungsi sebagai penghubung antara lapisan hardware dan lapisan software. selain itu, Sistem Operasi komputer juga melakukan semua perintah perintah penting dalam komputer, serta menjamin aplikasi-aplikasi yang berbeda fungsinya dapat berjalan lancar secara bersamaan tanpa hambatan. Sistem Operasi Komputer menjamin aplikasi perangkat lunak lainnya bisa memakai memori, melakukan input serta output terhadap peralatan lain, dan mempunya akses kepada sistem file. Jika beberapa aplikasi berjalan secara bersamaan, maka Sistem Operasi Komputer akan mengatur jadwal yang tepat, sehingga sebisa mungkin semua proses pada komputer yang berjalan mendapatkan waktu yang cukup untuk menggunakan CPU dan tidak saling mengganggu dengan perangkat yang lain.

Contoh-contoh dari Sistem operasi Komputer misalnya adalah Windows, Linux, MacOS, dan lain lain. Di bawah ini merupakan tampilan antarmuka sistem operasi Windows 7, Linux (ubuntu), dan Mac OS X